Saat pertama kali kita
saling mengikat janji untuk saling bersama yang orang-orang sebut sebagai
pacaran namun aku lebih suka untuk menyebutnya sebagai sepasang kekasih, aku
seolah menemukan separuh mimpi-mimpiku. Aku berharap kamu adalah bagian dari
mimpi-mimpi masa depanku. Meski nyatanya aku salah.
Awalku menjalani hidup
sebagai sepasang kekasih bersamamu aku langsung saja merangkai mimpi yang akan
kita raih bersama. Impian sederhana.
Impian sederhanaku
hanyalah aku dan kamu saling mencintai setiap hari, setiap saat sampai kita
lupa bagaimana caranya untuk berpisah. Tapi impianku kini sirna saat kau
menyatakan tak ada rasa lagi dalam hatimu. Lalu, kau memutuskan kita saling
berpisah, tak ada lagi ikatan yang mengikat kita berdua termasuk dengan mimpi
yang kita rangkai berdua.
Impian sederhanaku hanyalah ita akan saling merindu
saat jarak memisahkan kita walau hanya sebentar. Lalu kita sama-sama melepas
rindu dengan sedikit pelukan bahagia. Atau saat kita harus berpisah jarak aku
akan menatap matamu dan menikmati senyummu sebelum jarak benar-benar memisahkan
kita sampai beberapa waktu. Tapi, impian sederhana itu kini tiada seiring
dengan langkah kakimu meninggalkan aku sendiri. Bukan lagi jarak yang
memisahkan kita tapi waktu telah memisahkan kita. Waktu telah memutuskan
hubungan yang telah kita jalin susah payah. Waktu telah memisahkan kita untuk
selamanya karena kini waktu telah mengantarkanmu pada orang lain. Kini, aku
tidak lagi sanggup menatap matamu karena di mata ku ada air mata yang tak kuasa
ku tahan. Aku tak bisa lagi tersenyum karena semuanya bukan kebahagiaan tapi
kepedihan yang amat sangat. Saat kau memutuskan untuk berpaling dariku.
Inilah impian sederhanaku.
Suatu saat nanti kita akan melangkah ke jenjang yang lebih serius daripada
status sebagai sepasang kekasih. Kita akan menjalin hubungan sebagai sepasang
suami istri yang bahagia dengan anak yang semuanya lucu-lucu seperti kamu. Tapi
ternyata sebelum kita benar-benar naik ke jenjang itu, hubungan kita telah
kandas tersapu gelombang.
Aku harus mengubur semua
impian sederhanaku yang pernah aku ceritakan padamu.
Maka, kini aku akan
menjelaskan sesuatu hal padamu. Seperti saat kita saling mengikat janji, saling
mengutarakan perasaan dulu.
Andai kau benar-benar mau
meninggalkanku, aku akan mengajarimu cara melupakan yang indah.
Begini, kita akan tetap
saling mencintai. Namun kita dipisahkan jarak dan waktu. Karena alasan itu kita
akan jarang memberi kabar dan sedikit demi sedikit kita akan saling melupakan
tanpa pernah saling mengingat lagi.
Dan aku berharap begitu,
saat kita sudah memutuskan untuk saling melupakan. Maka tak ada kesempatan lagi
untuk kita saling mengingat satu sama lain. Aku harap kamu benar-benar pergi
dari hidupku dengan membawa impian sederhanaku yang pernah aku utarakan padamu.
Maka, disini aku akan
memulai hari baruku tanpa kamu disisi dan aku akan mulai merangkai kembali
impian sederhanaku bersama yang lain. Yang lebih tulus darimu tentunya.
sedih bgt cerita nya , jadi terharu :(
BalasHapus