Mungkin kamu mulai
menyadari ada yang berubah pada diriku beberapa waktu belakangan ini. Memang begitulah
adanya. Sungguh, bukan karena aku telah bosan denganmu justru itu semua aku
lakukan karena aku ingin tetap bersamamu.
Apa yang kau rasakan dari
perubahanku?
Perhatian? Mungkin kamu
merasa bahwa perhatianku padamu sekarang telah berkurang tidak seperti dulu
lagi. Memang begitu.
Senyum? Mungkin kamu mulai
merasa bahwa akhir-akhir ini aku sudah jarang tersenyum lagi padamu. Memang begitulah
adanya.
Diam? Mungkin kamu merasa
bahwa akhir-akhir ini aku lebih banyak diam tidak seperti biasanya yang selalu
banyak Tanya dan menceritakan hal apapun yang
aku alami seharian. Prasangkamu tidak slaah memang begitu adanya.
Acuh? Mungkin juga kamu
merasa bahwa akhir-akhir ini aku sangat acuh dan cuek terhadapmu. Memang begitu
adanya.
Jangan pernah Tanya ‘kenapa?’
prihal semua perubahanku!
Mungkin kamu pernah
mendengar pribahasa ini :
“Tidak ada asap kalau
tidak ada api, tidak ada akibat kalau tidak ada sebab.”
Aku hanyalah akibat dari
sesuatu yang kau sebabkan.
Dari dulu Aku selalu saja
berusaha untuk memberikan perhatian padamu, namun nyatanya sampai sekarang kau
selalu saja tak mengindahkan perhatianku, jangankan untuk membalas perhatianku.
Sebagai manusia biasa akhirnya aku merasa lelah jika harus aku saja yang
memberikan perhatian padamu. Aku pun ingin sesekali diberikan perhatian olehmu
sedikit saja. Hanya sedikit.
Dari pertama kita kenal
denganmu aku selalu berusaha untuk terus memberikan senyum terindahku padamu
agar kau tidak merasa bosan melihatku dan semoga dengan senyumku bisa sedikit
menghilangkan masalahmu. Namun nyatanya kau tak pernah menganggap istimewa
senyumanku kau selalu saja memasang muka kusut saat aku berusaha tersenyum. Sementara
bersama teman-temanmu kau gampang tersenyum dan tertawa lepas. Rasanya, aku
juga ingin melihat senyum yang kau berikan khusus untukku dengan tulus tanpa
paksaan.
Dari pertama kita saling
menjalin hubungan aku selalu saja berusaha menghidupkan obrolan-obrolan kita. Dengan
beberapa pertanyaan ringan atau sekedar bercerita tentang sesuatu yang aku
alami. Itu semua aku lakukan agar aku bisa lebih lama lagi bercengkrama
denganmu. Namun, kau seolah merasa risi dengan pertanyaan-pertanyaanku hingga
kamu hanya menjawab dengan jawaban yang singkat saja tanpa ada keinginan untuk
bertanya ulang sekedar menghidupkan pembicaraan kita. Aku pun mulai lelah dan
sudah kehabisan cerita untuk menceritakan sesuatu hal padamu sementara aku
belum pernah mendengar cerita apapun darimu. Kau lebih suka mendengarkan
ceritaku dengan sedikit terkantuk-kantuk seolah telah bosan dengan
cerita-ceritaku yang sudah banyak diulang.
Dari pertama kita berjanji
untuk saling membahagiakan aku selalu saja bersikap ramah padamu. Aku selalu
belajar agar tak pernah menjadi orang yang membosankan dihadapanmu. Namun, kau
justru bersikap sebaliknya.
Jangan pernah Tanya ‘kenapa?’
untuk semua itu.
Mari kita sama-sama
introspeksi dengan diri kita masing-masing. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan
sikapmu. Aku pun akan introspeksi diriku sendiri takut-takut memang ada yang
salah dengan apa yang aku lakukan selama ini hingga kamu berbuat seperti itu.
Bukankah ada sebab ada
akibat?
Aku melakukan semuanya
bukan karena aku bosan terhadapmu. Hanya saja aku merasa sedikit lelah karena
harus membangun sebuah bangunan cinta yang seharusnya kita bangun bersama namun
kau paksa aku membangunnya sendiri. Itu saja.
Aku ingin agar kita saling
bergandengan tangan. Tanpa ada kata ‘kenapa’ lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar