Jumat, 12 Juni 2015

Jangan Tanya 'Kenapa?'!


Mungkin kamu mulai menyadari ada yang berubah pada diriku beberapa waktu belakangan ini. Memang begitulah adanya. Sungguh, bukan karena aku telah bosan denganmu justru itu semua aku lakukan karena aku ingin tetap bersamamu.
Apa yang kau rasakan dari perubahanku?
Perhatian? Mungkin kamu merasa bahwa perhatianku padamu sekarang telah berkurang tidak seperti dulu lagi. Memang begitu.
Senyum? Mungkin kamu mulai merasa bahwa akhir-akhir ini aku sudah jarang tersenyum lagi padamu. Memang begitulah adanya.
Diam? Mungkin kamu merasa bahwa akhir-akhir ini aku lebih banyak diam tidak seperti biasanya yang selalu banyak Tanya dan menceritakan hal apapun yang  aku alami seharian. Prasangkamu tidak slaah memang begitu adanya.
Acuh? Mungkin juga kamu merasa bahwa akhir-akhir ini aku sangat acuh dan cuek terhadapmu. Memang begitu adanya.
Jangan pernah Tanya ‘kenapa?’ prihal semua perubahanku!
Mungkin kamu pernah mendengar pribahasa ini :
“Tidak ada asap kalau tidak ada api, tidak ada akibat kalau tidak ada sebab.”
Aku hanyalah akibat dari sesuatu yang kau sebabkan.
Dari dulu Aku selalu saja berusaha untuk memberikan perhatian padamu, namun nyatanya sampai sekarang kau selalu saja tak mengindahkan perhatianku, jangankan untuk membalas perhatianku. Sebagai manusia biasa akhirnya aku merasa lelah jika harus aku saja yang memberikan perhatian padamu. Aku pun ingin sesekali diberikan perhatian olehmu sedikit saja. Hanya sedikit.
Dari pertama kita kenal denganmu aku selalu berusaha untuk terus memberikan senyum terindahku padamu agar kau tidak merasa bosan melihatku dan semoga dengan senyumku bisa sedikit menghilangkan masalahmu. Namun nyatanya kau tak pernah menganggap istimewa senyumanku kau selalu saja memasang muka kusut saat aku berusaha tersenyum. Sementara bersama teman-temanmu kau gampang tersenyum dan tertawa lepas. Rasanya, aku juga ingin melihat senyum yang kau berikan khusus untukku dengan tulus tanpa paksaan.
Dari pertama kita saling menjalin hubungan aku selalu saja berusaha menghidupkan obrolan-obrolan kita. Dengan beberapa pertanyaan ringan atau sekedar bercerita tentang sesuatu yang aku alami. Itu semua aku lakukan agar aku bisa lebih lama lagi bercengkrama denganmu. Namun, kau seolah merasa risi dengan pertanyaan-pertanyaanku hingga kamu hanya menjawab dengan jawaban yang singkat saja tanpa ada keinginan untuk bertanya ulang sekedar menghidupkan pembicaraan kita. Aku pun mulai lelah dan sudah kehabisan cerita untuk menceritakan sesuatu hal padamu sementara aku belum pernah mendengar cerita apapun darimu. Kau lebih suka mendengarkan ceritaku dengan sedikit terkantuk-kantuk seolah telah bosan dengan cerita-ceritaku yang sudah banyak diulang.
Dari pertama kita berjanji untuk saling membahagiakan aku selalu saja bersikap ramah padamu. Aku selalu belajar agar tak pernah menjadi orang yang membosankan dihadapanmu. Namun, kau justru bersikap sebaliknya.
Jangan pernah Tanya ‘kenapa?’ untuk semua itu.
Mari kita sama-sama introspeksi dengan diri kita masing-masing. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan sikapmu. Aku pun akan introspeksi diriku sendiri takut-takut memang ada yang salah dengan apa yang aku lakukan selama ini hingga kamu berbuat seperti itu.
Bukankah ada sebab ada akibat?
Aku melakukan semuanya bukan karena aku bosan terhadapmu. Hanya saja aku merasa sedikit lelah karena harus membangun sebuah bangunan cinta yang seharusnya kita bangun bersama namun kau paksa aku membangunnya sendiri. Itu saja.
Aku ingin agar kita saling bergandengan tangan. Tanpa ada kata ‘kenapa’ lagi.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar