Minggu, 21 Juni 2015

Ternyata Rindu Itu Menyakitkan


Bagiku, air mata adalah kejujuran. Kadang air mata mampu mengungkapkan apa yang tidak bisa dikatakan dengan bibir. Air mata pula mampu mengatakan hal yang jujur saat bibir mulai berkata bohong. Begitupun yang terjadi padaku. Air mataku tiba-tiba mengalir menganak sungai di pipiku tanpa bisa aku menahannya. Padahal, aku termasuk orang yang tidak mudah menangis. Tapi, saat ini aku tidak memiliki alasan lagi untuk mampu melerai air mataku agar tidak jatuh.
Rasanya, tidak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain karena satu hal yakni saat kita merasa di kecewakan oleh orang yang justru kita sayangi. Kita masih bisa pura-pura tersenyum dan tegar saat yang mengecewakan kita adalah orang yang memang benar-benar membenci kita.
Tapi, saat yang mengecewakan kita adalah orang yang kita sayangi dan pernah menyayangi kita rasanya teramat sakit. Saat kita merasa dikecewakan maka saat itu pula rasanya kita ingin menatap tajam matanya. Mencari kejujuran pada matanya. Adakah dia juga diam-diam menangis karena telah membuat kita menangis?
Saat kita merasa dikecewakan oleh orang yang kita sayangi, rasanya kita ingin sekali mencoba masuk kedalam relung hatinya yang paling dalam. Adakah dia juga sebenarnya merasa sakit hatinya seperti yang kita rasakan?
Tiba-tiba saat itu pula lah pikiran kita akan menerawang tanpa arah ke beberapa waktu yang silam. Saat jarak memisahkan, saat waktu masih enggan mempertemukan.
Aku selalu berusaha menahan rindu yang menyeruak. Aku selalu berusaha untuk tetap tersenyum saat kamu menanyakan kabarku di ujung telpon. Tapi, rindu yang mati-matian aku simpan ternyata hanya berbalas kekecewaan saat jarak dan waktu tak lagi memisahkan kita.
Ternyata rindu itu memang menyakitkan. Ya, rindu yang tak pernah mendapat sambutan dari yang dirindukan.
Maka, untuk terakhir kalinya aku akan berusaha tersenyum meskipun itu senyum kepalsuan. Setidaknya, aku tidak membuang air mataku hanya untuk melepaskan orang yang sudah tidak mau bahagia bersamaku lagi. saat kamu memutuskan untuk menyudahi cerita antara kita maka saat itu pulalah aku menyadari bahwa air mataku telah terbuang sia-sia untuk orang yang tak pernah benar-benar mencintaiku. Karena, aku yakin kelak setelah kau pergi Tuhan akan mengirimkan seseorang yang kan menghapus air mataku dengan tulus.
Kini aku memahami satu hal :
”Kita boleh saja memalsukan senyuman, tapi tidak untuk air mata”.
Pergilah!
Jangan pernah mengingat cerita tentang kita lagi. karena aku pun begitu. Kita akan sepakat bahwa semuanya akan terkubur bersama masa lalu.
Kita tidak akan membuka lagi lembaran kisah cinta kita karena aku tahu itu hanya akan menumbuhkan kerinduan yang tak pantas pada hatiku dan hatimu. Aku takut kamu akan merasakan apa yang aku rasakan bahwa ternyata rindu itu menyakitkan.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar