Minggu, 21 Juni 2015

Menunggu


Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Mungkin itulah yang sebagian orang katakan. Bahkan aku pun mengatakan hal yang demikian beberapa waktu yang lalu. Menunggu adalah aktivitas yang paling menjenuhkan itulah yang aku katakan beberapa waktu yang lalu.
Namun, saat ini aku menemukan makna lain dari sebuah kata ‘menunggu’. Saat ini aku berani mengatakan hal yang lain prihal menunggu.
Sudah beberapa waktu yang lalu, menunggu menjadi bagian yang paling sering kulakukan setiap saat. Ternyata, menunggu itu tak selalu membosankan dan menjenuhkan. Menunggu menjadi bagian yang paling menarik dalam hidupku.
Keadaan seperti ini dimulai saat jarak tak bisa diajak kompromi untuk tidak memisahkan kita. Mulai saat itulah hari-hariku selalu diisi dengan menunggu. Menunggu sampai waktu mempertemukan kita. Setiap hari aku selalu menghitung berapa waktu lagi kita akan bertemu. Aku menghitung mundur, sudah berapa lama waktu memisahkan kita. Ah, menunggu menjadi hal yang menarik.
Bukan aku bahagia karena jarak telah memisahkan kita. Kalau aku boleh memilih tentu aku ingin agar tidak ada kata menunggu dalam hidupku. Aku ingin agar kita tetap bersama tanpa terpisah jarak dan waktu. Namun, kenyataannya keadaan tak selalu berpihak. Untuk itu, aku selalu saja mencari cara agar tetap bahagia meski kita tak saling bersama. Salah satunya dengan menikmati setiap detik penantian yang kulakukan.
Jika bukan karena cinta tentu menunggu pun tak menarik bagiku. Dalam proses menunggulah aku belajar bagaimana menjaga rasa agar tetap tumbuh meski tak saling bersatu. Dari menunggu aku belajar menjaga kepercayaan. Dari menunggu juga aku belajar bagaimana menikmati setiap rindu yang selalu meronta. Dari menunggu aku merasakan nikmatnya sebuah pertemuan.
Bukankah saat ini kita sama-sama menunggu sampai waktu mau berkompromi untuk mempertemukan kita?
Maka, baiknya kita menikmati setiap saat yang menjenuhkan itu menjadi sebuah hiasan dalam sebuah hubungan. Pada setiap detik penantian kita ada saja rindu yang terus menggunung. Namun, percayalah suatu saat nanti kita tidak perlu lagi menunggu hanya untuk bertatap muka. Kelak kita akan memiliki waktu sepuasnya untuk melepas rindu dengan pelukan yang mesra dan senyuman manja.
Barangkali, ini yang dinamakan keajaiban cinta. awalnya aku menganggap bahwa menunggu adalah hal yang menjenuhkan namun cinta selalu punya cara agar setiap kisah yang kita jalani selalu terasa indah. Seperti menunggu ini, perlahan aku mulai menikmati setiap penantian akan pertemuan kita.
Tak ada yang perlu aku khawatirkan lagi saat ini. Karena aku, kamu, kita telah sepakat bahwa jarak tidak akan membunuh rasa yang ada dalam diri masing-masing. Justru jarak yang memisahkan akan memperkuat rasa diantara kita.
Kini, aku mulai menyadari kenapa ada orang yang masih setia meski ditinggal untuk waktu yang lama dengan jarak yang jauh. Jawabannya karena cinta.
Cinta selalu mengajarkan kebahagiaan disetiap perjalanannya. Dan aku pun percaya akan hal itu. Semoga jarak yang memisahkan kita segera berdamai seiring berjalannya waktu.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar