Aku bukanlah seorang
pujangga yang pandai memainkan kata-kata indah untuk meluluhkan hatimu. Aku bukanlah
seniman yang mampu melukiskan wajahmu dengan bahasa seni yang sangat indah. Aku
pun tak pandai merangkai kata-kata gombalan untuk merayumu.
Aku hanyalah orang yang
beruntung mampu mendapatkan cintamu atas nama takdir.
Kelak, aku tidak bisa
berjanji apapun padamu. Kalaupun aku harus berjanji, aku hanya ingin berjanji
akan berusaha untuk terus menjaga cinta ini. Aku akan berusaha untuk tidak
membuat air matamu jatuh kecuali air mata bahagia. Aku hanya akan berusaha agar
senyum selalu menghias bibirmu yang manis itu.
Aku tidak akan selalu memberimu
untaian-untaian indah puisi yang sering dikumandangkan para pujangga karena
memang aku tak mampu melakukan itu semua. Dan kalaupun aku bisa melakukannya
mungkin untuk beberapa saat kau akan tersanjung dengan syair-syairku . Tapi,
untuk waktu yang lama kau pun akan merasa bosan dan menginginkan yang lain
daripada sekedar rangkaian kata-kata indah.
Aku tidak akan selalu melukiskan
wajahmu yang anggun untuk membuktikan rasa cintaku karena memang aku pun tidak
terlalu pandai untuk melukis. Aku takut justru cara melukisku justru hanya akan
merubah kecantikanmu di atas kanvas. Wajahmu terlalu rumit untuk ku lukiskan. Keanggunanmu,
senyummu, tatap matamu terlalu sulit untuk kulukiskan di atas kanvas. Aku takut
justru kamu kecewa karena lukisanku tak sebagus yang kau harapkan.
Aku tidak akan mencintaimu
dengan selalu mengungkapkan bahasa-bahasa gombalan. Memang, untuk beberapa saat
kata-kata gombalan akan membuatmu melayang terbawa bahasa kata. Tapi, untuk
waktu yang lama kau pun akan merasa bosan dengan kata-kata yang mungkin sudah
basi namun masih aku katakana karena aku tidak terlalu pandai melakukan itu
semua. Dan kau pun akan mengatakan bahwa gombalan itu sudah tidak perlu lagi
lalu kau merasakan kebosanan. Sungguh, aku tak ingin kau merasa bosan untuk
terus mencintaiku.
Aku pun tidak akan selalu
menyiapkan setangkai mawar merah saat kau membuka mata untuk membuktikan cinta.
mungkin, untuk beberapa waktu kau akan mengatakan itu adalah hal yang romantis.
Tapi, untuk waktu setelah itu kau akan mengatakan yang lain setelah bunga-bunga
menggunung di kamarmu dan mulai layu satu per satu. Aku tidak ingin rasa ini
pun layu bersama dengan layunya bunga yang kuberikan.
Aku akan mencintaimu
dengan caraku sendiri.
Sederhana saja caraku
mencintaimu.
Memang, sesekali aku akan
membuatkanmu puisi meski tak begitu menarik. Aku pun akan mencoba melukiskan
wajahmu diatas kanvas agar aku bisa melihat lukisan wajahmu saat rindu menyapa.
Aku akan menyanjungmu dengan bahasa kata yang kupikirkan susah payah. Aku pun
sesekali akan memberimu kejutan dengan setangkai mawar merah yang kupetik
langsung dari taman.
Tapi, lebih dari itu aku
akan membuktikan rasa ini dengan mengusahakan agar aku selalu bisa tersenyum
dihadapanmu dan kau pun tak pernah kehilangan senyuman dari bibir manismu.
Aku akan selalu menyiapkan
bahuku ketika kau membutuhkan sandaran dan kita akan sama-sama menikmati
lukisan Tuhan Yang Maha Indah untuk melepaskan semua bebanmu.
Aku akan selalu terbuka
untuk menerima keluh kesahmu meski masalahku mungkin lebih berat dari yang kau
rasakan namun aku akan berusaha untuk tetap menjadi pendengar yang baik atas
keluh kesahmu.
Sederhana saja aku mencintaimu.
Aku hanya akan menanyakan
hal-hal sepele namun sangat berarti bagimu.
Aku akan menumpahkan
perhatianku sepenuh hati padamu. Karena memang bagiku kau adalah anugerah yang
tiada tara. Namun, aku hanya bisa mencintaimu dengan caraku.
Cara yang sederhana saja.
Untuk itu, aku ingin agar
kau dan aku bisa saling mencintai dengan sederhana saja namun kebahagiaan
selalu menyertai kita.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar