Entah kenapa, taman selalu menjadi tempat istimewa bagi sepasang kekasih yang sedang meramu asmara. Dibangku-bangku taman selalu kutemukan sepasang kekasih yang saling melempar canda, juga tawa. Meski tak sedikit pula orang yang sedang kesepian memilih taman untuk menenangkan hatinya. Mendamaikan hati dibangku taman kadang lebih baik walau tak jarang justru membuat kita semakin gundah. Menyaksikan sepasang kekasih dibangku sebelah tempat kita duduk akan membawa kita pada kenangan masa lalu bersama sepasang kekasih yang telah pergi.
Seperti mereka, taman juga menjadi tempat favorit kita menghabiskan hari. Menumpahkan rindu yang terpendam. Menikmati kehangatan dalam genggaman tangan. Ah, taman seolah menjadi tempat yang istimewa bagi kita.
Pada bangku panjang di sebuah taman. Kita selalu saja mampu menciptakan kehangatan berdua. Kita tak pernah peduli ada apa, atau ada siapa ditaman itu. Kita tetap saja menikmatinya seolah hanya kita disana.
Cinta kita akan tetap tumbuh. Seperti pohon akasia yang baru tertanam itu. Pohon itu akan menjadi saksi tumbuhnya cinta kita. Meski tak cantik, namun akasia selalu memberi keteduhan. Katamu disuatu hari saat kita sedang duduk dibangku panjang tepat didekat pohon akasia yang baru ditanam.
Hari ini, aku kembali ke taman favorit kita. Kini, taman ini tak lagi menarik. Bangku panjang tempat biasa kita duduk berdua seolah menertawakan kesedihanku. Tanpa hadirmu taman yang indah pun seolah menjelma tempat yang menyeramkan. Meski gusar, aku coba duduk dibangku panjang tempat kita berdua biasa duduk. Rasanya hampa seolah ada yang kurang di bangku itu. Pohon akasia yang dulu menjadi saksi akan ikrar kita sedang menari-nari seolah mendendangkan lagu kesedihan.
Pohon akasia itu ternyata telah tumbuh lebih besar dari waktu itu. Akasia itu terus tumbuh. Lantas kenapa cinta kita harus tumbang? Bukankah kita telah berjanji cinta kita akan tetap terjalin dan tumbuh seperti pohon akasia yang meneduhkan?
Aku masih disini. Dibangku panjang tempat kita biasa duduk. Menatap kosong pada akasia. Aku masih enggan beranjak dari tempat itu. Padahal, terlalu lama disana membuatku semakin merasa kehilangan. Pada sudut hatiku yang lain ternyata masih mengharapkan kehadiranmu disampingku. Menunaikan janji pada akasia akan keutuhan cinta kita. Meski aku sadar kehadiranmu disampingku adalah hal yang tidak mungkin. Karena nyatanya kini kamu telah memilih hati yang lain.
Lupakan saja janjimu pada akasia. Itu hanya janji yang membuatku pilu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar