Rabu, 28 Oktober 2015

Mencintai Berarti Menerima

Kita bukan lagi dua insan yang baru saja mengenal cinta. Bahkan, kita sering dipaksa berdamai dengan yang namanya sakit hati. Aku,kamu harusnya sudah saling menyadari bahwa cinta yang main-main hanya akan berujung dengan patah hati dan itu adalah hal yang menyakitkan.

Itu juga lah yang sedang aku usahakan. Aku tidak ingin lagi merasakan sakit hati karena dikecewakan. Maka, saat aku telah menemukanmu disampingku, saat itu pula aku berharap bahwa kamu adalah orang terakhir yang menyembuhkan luka sakit hatiku dan tak pernah membuatku sakit hati lagi. Dan aku berharap kamu pun demikian.

Maka, sejak awal aku ingin agar kita membuat kesepakatan untuk tidak saling menyakiti dan menjalani hubungan ini dengan serius. Jadi, usah kamu tanyakan lagi Apa yang kamu suka dariku?.

Pertanyaan tersebut hanya terlontar dalam sebuah hubungan yang tidak pernah serius. Masih banyak pertanyaan lain yang lebih bermakna dari pada menanyakan apa yang aku suka darimu.

Barangkali aku sudah beranggapan begini:

Cinta adalah menerima. Dan jangan pernah menanyakan apa yang aku suka darimu! Mencintai berarti menerima. Mencintaimu apa adanya berarti menerimamu apa adanya.

Begitulah, saat aku memutuskan untuk menjatuhkan hati padamu. Saat itu pula lah aku memutuskan untuk menerima apapun yang ada pada dirimu. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu. Bukan sekedar menyukai apa yang terpampang jelas dihadapanmu.

Senyummu, lesung pipimu, tatap matamu, manjamu, semuanya aku suka. Tapi lebih dari itu, aku menyukai caramu menerimaku. Aku menyukai caramu mencintaiku. Aku menyukai ketulusanmu yang juga mau menerimaku apa adanya.

***

Jumat, 23 Oktober 2015

Yang Pergi Biarlah Pergi

Marilah kita sedikit berbagi cerita sebelum kamu benar-benar pergi. Anggap saja ini adalah cerita terakhir yang akan kamu dengar dariku setelah sebelumnya kamu mendengarkan banyak cerita dariku. Anggap saja ini cerita terakhir antara aku dan kamu--kita.

Jangan terlalu terburu-buru untuk pergi dahulu. Akan lebih baik jika kita menyudahi hubungan kita dengan cara yang lebih baik. Bukan dengan tergesa-gesa. Jangan sampai ada penyesalan setelahnya hanya karena kita terlalu terburu-buru mengikuti ego dan nafsu.

Tenang saja, aku tidak bermaksud untuk menahan langkahmu. Aku tidak bermaksud menghalangi keputusanmu untuk pergi. Hanya saja aku ingin kita berpisah dengan cara yang tenang sebagaimana pertama kali kita dulu menjalin hubungan. Mungkin, kamu mengira ini hanya caraku saja untuk mengulur waktu. Tidak apa jika kamu berpikiran seperti itu karena mungkin ada benarnya. Hanya saja, lebih dari itu aku ingin agar tidak ada permusuhan dan dendam setelah semuanya usai. Aku hanya ingin semuanya selesai tidak ada lagi prasangka diantara kita. Aku ingin kita saling berbagi keluh kesah tentang semua yang mengganjal dihati masing-masing. Itu agar saat kita telah berpisah tidak ada lagi penyesalan.

Mungkin dengan cara seperti ini kamu mengira bahwa aku tidak bersedih akan perpisahan yang akan kita hadapi. Sungguh aku sangat bersedih bahkan mungkin lebih dari apa yang kamu rasakan. Hanya saja keinginan agar tidak ada lagi penyesalan setelah hubungan kita berakhir lebih besar daripada kesedihan itu. Di ungkapkan ataupun tidak tetap saja akan ada kesedihan akibat perpisahan. Marilah kita sama-sama dewasa untuk mengontrol emosi masing-masing. Lalu kita saling berbagi prasangka sebelum kita benar-benar berpisah. Setelah itu kamu boleh pergi kemanapun dan dengan siapapun.

Aku juga akan sedikit berpesan padamu, lebih tepatnya untukku atau mungkin untuk kita.

Apakah kamu sudah pernah mendengar kata-kata bijak seperti ini:

Andaikan kita kehilangan uang, maka biarlah kita ikhlaskan saja. Mungkin memang bukan hak kita. Kita berdoa saja agar Tuhan selalu memberikan kesehatan kepada kita. Mungkin saja uang itu sebagai tukar dengan kesehatan kita. Biarlah uang itu hilang yang penting kita diberi kesehatan. Karena dengan sehat, kita masih bisa mencari uang yang lebih banyak dari yang hilang.

Sebenarnya, kata-kata itu tidak hanya untuk orang yang kehilangan harta. Kata-kata ajaib tersebut juga berlaku untuk cinta. Mungkin begini,

Andaikan kita kehilangan seseorang, biarlah dia pergi. Karena mungkin dia memang bukan untuk kita. Mungkin saja Tuhan ingin menggantinya dengan  yang lain dengan caraNya.Biarlah yang memang telah pergi. Biarkan saja orang yang kita cintai itu pergi asalkan jangan sampai cinta yang kita miliki ikut hilang dari hati. Sebab, dengan cinta yang kita miliki maka kita masih bisa mencintai yang lain. Seseorang yang lebih baik dari dia yang memilih pergi.

Mungkin, begitulah seharusnya kita menyikapi perpisahan kita. Kita hanya dua insan yang dipertemukan untuk saling berpisah. Tujuannya agar suatu saat nanti saat kita telah menemukan seseorang yang benar-benar mencintai kita, maka kita tidak akan pernah meninggalakannya karena meninggalkan dan ditinggalkan orang yang kita cintai amat menyakitkan.

***

Senin, 19 Oktober 2015

Senja Yang Menyembunyikan Cinta

Entah kenapa dan apa sebabnya.
Aku selalu saja suka berlama-lama berdiri ditanah lapang untuk menikmati senja. Dimanapun aku berada, senja adalah waktu yang aku rindukan. Entah itu berada di desa ataupun di kota. Kegiatan seperti itu akan berakhir saat sang surya telah benar-benar meninggalkanku. Bersembunyi dibalik gunung atau dibalik gedung. Bagiku, menikmati senja bukan sekedar menikmati hamparan mega-mega yang dibalut lembayung merah saga. Atau menyaksikan detik-detik terakhir sang surya menyinari bumi. Lebih dari itu, bagiku senja adalah sejarah. Senja bagiku adalah kerinduan.

Pada senja, aku belajar bagaimana cara sang surya 'meninggalkan' bumi. Dia tidak pergi dengan terburu-buru. Perlahan. Bahkan terlihat sangat hati-hati. Dia masih memberikan sedikit cahayanya sebelum dia benar-benar pergi. Sungguh, bagiku itu adalah cara melepaskan yang anggun. Bagaimana bumi dengan sukarela melepaskan sang surya yang memang sudah seharusnya pergi. Sebelum sang surya benar-benar pergi dan lenyap ditelan malam, dia masih sempat sesekali mengintip wajah bumi dengan lembayung yang indah. Tak ada kesedihan.

Disisi lain, menikmati senja bagiku adalah melepaskan kerinduan.

Aku tidak akan munafik dengan mengatakan bahwa aku telah benar-benar melupakan kamu yang telah memilih untuk pergi meninggalkanku. Aku tidak bisa membohongi diriku dengan mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi namamu dihatiku. Karena sejujurnya, namamu masih tersimpan rapi di kedalaman hatiku yang tak mungkin aku lupakan.

Bagaimana mungkin, bumi akan melupakan surya yang telah menemaninya seharian penuh. Memberi cahaya dalam setiap denyut nadi kehidupan bumi. Memberikan harapan. Meski memang, ada saatnya sang surya harus meninggalkan bumi. Dan bumi harus merelakan sang surya pergi. Membiarkan gelap menyelimuti bumi. Sesekali purnama merayu gelap agar tak selalu menyelimuti wajah bumi. Sampai esok hari cahaya baru muncul di ufuk timur.

Aku dan kamu pun begitu. Tidak mudah bagiku melupakanmu yang  pernah mengisi hari-hariku. Menjadikan hariku penuh warna. Berbagi tawa dan kebahagiaan. Berbagi luka dan kesedihan. Aku tidak mungkin melupakan semuanya meski aku tak berusaha mengingatnya namun tetap saja kenangan itu akan menempel di dinding-dinding hatiku. Perpisahan hanyalah soal waktu yang tak terbantahkan. Seperti mentari yang meninggalkan bumi dengan perlahan, bukankah kita juga masih menikmati genggaman tangan terakhir sebelum benar-benar bepisah.

Setelah itu, duka selalu saja menyelimutiku walau ada saja sahabat-sahabatku yang merayu agar aku tidak larut dalam duka. Seperti purnama yang merayu malam.

Maka, saat aku menikmati senja yang menaggumkan. Aku selalu saja mengingat akan genggaman terakhirmu ditanganku sampai aku benar-benar hanya menyentuh ujung jarimu. Setelah itu kamu pergi.

Menikmati senja juga bagiku ialah menikmati luka. Menghibur duka. Bahwa segala sesuatunya hanya soal waktu.
Yang pergi biarlah pergi. Karena hari esok akan selalu menawarkan cinta yang lebih bahagia.

Aku selalu suka menikmati senja. Aku membayangkan wajahmu pada mentari yang tenggelam  dibalik gunung.

***

Jumat, 16 Oktober 2015

Terimakasih Untuk Segalanya

Sedari dulu aku pernah menjelaskan kepadamu bahwa aku bukanlah orang yang gampang jatuh cinta. Namun, kehadiranmu telah mengubah segalanya. Saat aku mengenalmu aku seolah menemukan sisi lain dari diriku--dari hatiku. Aku baru merasakan bahwa aku membutuhkan cinta. Saat itu kamu hadir dalam kehidupanku membawakan cinta yang indah. Kamu telah berhasil membuatku jatuh cinta. Kamu telah membuka tabir yang tak pernah terbuka jika hanya aku yang membukanya bahwa ternyata jatuh cinta itu sangat menyenangkan. Hari-hari seolah lebih berwarna. Setiap waktu seolah hanya ingin memikirkan dia yang kita cintai. Beberapa lama kita rela memperhatikan handphone hanya untuk sekedar menunggu pesan dari dia yang kita cintai walau hanya sebuah ucapan selamat pagi atau kata sapaan lain yang dulu aku menganggapnya hanya kata biasa. Tapi ternayata cinta mampu mengubah kata sederhana itun menjadi indah. Bahkan aku sampai pada titik dimana orang menganggapnya gila. Aku sering senyum-senyim sendiri bahkan tertawa sendiri saat membaca pesan-pesan singkat darimu. Dan mereka yang tak mengerti perasaanku menganggap diriku gila. Atau aku semalaman tidak bisa tidur hanya karena tak mendapatkan kabarmu seharian. Aku yang dulu adalah orang yang tidak mudah jatuh cinta ternyata kini telah berani menjatuhkan hati sedalam-dalamnya. Dan kamulah orang yang telah membuatku demikian.

Dengan dirimu juga lah aku berani melakukan hal-hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Bahkan mungkin tak kan pernah aku lakukan jika tanpamu. Mendaki gunung misalnya atau menikmati panorama air terjun. Kegiatan-kegiatan tersebut tak pernah ada dalam agendaku sebelumnya. Namun, lagi-lagi kehadiranmu telah membuat segalanya berubah. Entah kenapa kegiatan-kegiatan tersebut menjadi aktivitas yang menyenangkan. Mungkin salah satunya karena kamu. Ya, karena kamu. Kamulah yang telah memperkenalkanku pada dunia yang tak pernah menarik perhatianku sebelumnya.

Dari dirimu jugalah aku belajar bahwa sesuatu itu perlu di perjuangkan. Termasuk perkara hati. Aku jatuh cinta pada perjuanganmu hanya agar aku jatuh cinta padamu. Aku yang tak tertarik dengan cinta menjadi luluh karena perjuangan.

Kamu ternyata bukan hanya sebatas tempatku menjatuhkan hati. Lebih dari itu kamu juga tempatku berbagi rasa. Bahagia, kecewa, sedih, senang. Aku memilih mencurahkannya padamu. Dan kamu. Ah, hanya dengan pelukanmu yang tulus telah mampu meluruhkan kegelisahanku. Kesedihanku hilang dengan genggaman tanganmu yang erat. Kamu selalu punya cara agar aku tetap bahagia.

Hingga aku tiba di titik dimana aku percaya bahwa kamu adalah masa depanku. Dan ternyata aku salah.

Usahamu membuatku jatuh cinta bukan karena benar-benar cinta melainkan hanya sebuah rasa penasaran yang ingin membuat diriku yang tak mudah jatuh cinta menjadi luluh terhadapmu. Atau yang lebih mengerikan, aku hanya dijadikan bahan pertaruhan dengan sahabat-sahabatmu.

Aktivitas yang kita jalani berduapun ternyata tak benar-benar kamu nikmati. Perjalanan-perjalanan yang kita lalui pun ternyata tidak lebih sebagai hiburan bagi hatimu yang sepi. Diriku hanya di jadikan pengisi hatimu yang kosong bukan pengisi separuh kehidupanmu.

Pelukan dan genggaman tanganmu ternyata hanya agar aku yakin terhadapmu saja. Terhadap janji-janjimu saja. Tidak lebih.

Tapi, aku terlanjur jatuh cinta padamu. Aku belajar pada perjuanganmu saat membuatku jatuh cinta. Aku berjuang agar kau tetap bertahan disampingku. Tapi, ternyata aku sadar tak mungkin mampu menghentikan langkah kakimu yang pergi meninggalkanku.

Maka, akhirnya aku hanya bisa merelakan. Menjadikan semuanya sebagai pelajaran.

Terimakasih untuk semuanya.
Melihatmu yang tegar melangkah pergi membuatku berusaha tidak menangis. Setidaknya aku masih bisa tersenyum karena peenah mengenalmu dan pernah merasakan jatuh cinta. Bahkan sampai pada titik yang paling dalam. Terimakasih untukmu yang telah membuatku jatuh cinta lalu pergi meninggalkan luka.

***

Senin, 12 Oktober 2015

Pilihan

Konon, hidup adalah kesempatan. Lebih tepatnya hidup adalah pilihan. Tapi,entah kenapa untuk saat itu aku sedikit meragukan kebenaran kata-kata tersebut. Atau mungkin kata tersebut tidak berlaku dalam hal perkara hati.

Perpisahan setelah pertemuan adalah keniscayaan. Meskipun kita berusaha untuk mempertahankannya perpisahan akan tetap saja terjadi. Begitu juga dalam sebuah hubungan. Hanya saja kadang kita lupa mempersiapkan diri saat perpisahan itu benar-benar terjadi.

Lalu, kenapa pilihan itu seolah tidak ada? Kalaupun pilihan itu ada aku ingin memilih tetap bertahan. Bukan karena takut akan perpisahan, hanya saja aku lebih takut dengan dampak yang dirasakan setelah perpisahan. Itu saja. Aku sudah mengalami beberapa kali perpisahan dengan orang yang aku cintai dan itu rasanya teramat menyakitkan. Aku tidak ingin hal tersebut terulang lagi dan yang paling penting aku tidak ingin kamu merasakan sakitnya perpisahan. Sekuat apapun dirimu pasti akan merasakan sesuatu dampak dari perpisahan yang ternyata menyakitkan.

Prihal hidup adalah kesempatan, lantas kenapa seolah kesempatan itu tidak ada dalam perkara hati dan cinta? Kalau saja kesempatan itu ada aku ingin kesempatan menjalin hubungan yang lebih harmonis lagi tanpa ada keinginan untuk berpisah dan saling meninggalkan. Namun sekali lagi bahwa perkara hati adalah sesuatu yang istimewa.

Seperti saat memulai menjalin ikatan cinta yang tidak ada paksaan, maka begitupun saat harus terjadi perpisahan. Tak perlu ada paksaan untuk tetap tinggal.

Lalu, bagaimana dengan hati yang terluka? Biarkan saja dahulu untuk sementara waktu. Resapi dahulu setiap luka yang menjalar. Bersyukur bahwa ternyata hati kita masih bisa merasai.

Sepertinya memang begini:

Jangan pernah memaksakan hati untuk melupakan dia yang pergi meninggalkan kita. Sebab itu hanya akan membuat hati kita semakin terluka. Bersikaplah biasa! Anggap saja tidak ada sesuatu yang terjadi. Kita masih bisa tetap mencintai dia meski tak lagi bersama. Untuk sementara waktu sampai kita merasa telah siap untuk benar-benar melupakan.

Apakah dibenarkan mencintai dia yang tidak ingin hidup bersama kita? Aku tidak akan terlalu pusing dengan pertanyaan seperti itu. Karena yang aku tahu bahwa hati itu untuk merasai. Prihal benar dan salah itu bukan lagi tugas hati. Jika hati merasakan kebahagiaan dengan tetap mencintai kenapa aku harus membunuh persaan itu. Bagiku, cinta tetaplah cinta. Dimunculkan ke permukaan atau tetap dipendam dalam hati tetap saja itu cinta. Dan aku akan meyakini hal itu sampai aku benar-benar siap melupakanmu.

Aku akan tetap mencintaimu sampai lelah, karena aku sendiri meyakini bahwa cinta yang hanya di topang oleh satu hati tidak akan bertahan lama. Setelah aku merasa lelah mencintaimu maka saat itulah aku akan melupakanmu selamanya tanpa memaksakan hati melupakan.

Tapi, sebelum itu benar-benar terjadi, aku masih mempertanyakan pilihan kesempatan yang seolah tak pernah ada.
Atau mungkin sebenarnya hubungan yang kita jalin itu adalah kesempatan yang diberikan dan namun aku, kamu atau kita menyia-nyiakannya? Hubungan yang selama ini kita jalani adalah sebuah pilihan namun kita tak menyadarinya. Hingga akhirnya kini kita disadarkan bahwa kesempatan dan pilihan itu sudah tidak ada karena kita sendiri yang mematikannya. Hingga akhirnya aku, kamu dan kita harus memilih saling berpisah karena tak mampu memanfaatkan kesempatan dalam menjalin hubungan. Mungkin memang ini adalah pilihan yang terbaik yang harus dipilih oleh kita.

Perpisahan ini adalah cara agar kita tak lagi saling menyakiti hati dengan pertengkaran-pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu. Aku menyadari seutuhnya sekarang bahwa saat kita telah saling menyakiti itu kita telah memilih untuk mendekatkan diri pada perpisahan daripada kebahagiaan.

Hidup adalah pilihan. Mencintai adalah pilihan. Perpisahan juga adalah pilihan atau pilihan yang terpaksa harus diambil.

***

Takut Sendiri

Segala hal yang berhubungan dengan hati dan perasaan memang aneh. Kadang unik, kadang menarik, namun kadang juga membuat kita menggeleng-geleng kepala. Perasaan itu seperti ada musimnya. Pagi hari cerah bisa saja siang atau sorenya hujan. Seperti itu juga ternyata perasaan. Bisa saja pagi hari nya masih saling mencintai namun sore harinya saling mencaci. Hari ini saling berbagi kasih besoknya saling menyesali. Terkadang memang sulit untuk dimengerti namun memang begitulah kenyataannya. Perasaan itu tidak diam dan tidak kaku. Perasaan senantiasa tumbuh atau menyusut, kadang berkilauan namun bisa dengan cepat meredup. Dalam mengolah perasaan memang tidak bisa sembarangan. Perasaan dalam hal ini hubungan cinta harus senantiasa di perbaharui. Jika tidak maka perasaan akan berubah dengan sendirinya menjadi perbudakan. Kita hanya akan menjalani perjalanan cinta tanpa benar-benar kita merasakan kebahagiaan atas perjalanan itu. Dan jika itu di biarkan maka lambat laun perasaan itu akan mati dengan sendirinya karena kelelahan dan merasa jenuh.

Maka, jangan heran jika kita menyaksikan orang yang hari ini memulai sebuah hubungan lalu tak selang beberapa hari akan memutuskan hubungannya. Sekali lagi itu karena cinta dan perasaan memang harus terus di perbaharui. Kita tak bisa setelah saling menjalin hubungan lalu menjalaninya dengan hal yang sama setiap hari. Itu akan menimbulkan kejenuhan. Kita harus mampu menjadikan perasaan itu tumbuh setiap saat. Menumbuhkan dan merawat perasaan cinta itu tidak jauh beda dengan merawat tanaman. Jika tanaman harus disiram dengan air maka cinta harus terus tumbuh bersama perhatian-perhatian kecil bukan dengan saling acuh. Jika tanaman membutuhkan pupuk untuk tumbuh maka cinta pun begitu. Memberikan kejutan-kejutan kecil juga bisa menumbuhkan cinta. Seperti rumit memang, tapi kenyataannya begitu. Aku sering menyaksikan cinta yang baru tumbuh lantas harus tumbang atau mati karena tak mampu merawat dan memperbaharui perasaan diantara keduanya.

Sebenarnya, jika memang kita benar-benar saling mencintai maka tidak harus serepot itu. Karena jika memang kita saling mencintai, kita akan selalu punya cara agar cinta tetap tumbuh. Cinta yang berlandaskan keseriusan tidak akan mudah goyah hanya karena masalah-masalah sepele. Cinta itu akan saling menguatkan agar senantiasa tumbuh. Kita akan mampu membunuh setiap alasan yang mampu mematikan cinta.

Jika memang ada cinta yang berujung penyesalan dan sakit hati maka mungkin ada yang salah saat memulainya. Karena cinta yang benar-benar tulus tidak akan ada penyesalan. Cinta yang didasari keseriusan tidak akan pernah saling meninggalkan.

Atau mungkin, sebenarnya kita tak benar-benar saling mencintai. Kita menjalin hubungan hanya karena kita takut untuk menjalani hidup sendiri-sendiri. Lalu, hubungan akan berakhir saat kita menemukan hati yang dirasa cocok sebagai tempat berlabuh.

Apakah mungkin ini yang terjadi diantara cinta kita hingga kamu memutuskan untuk pergi?
Mungkinkah memang kita tak pernah benar-benar saling mencintai?
Mungkin memang benar begitu adanya.

***

Hal Yang Harus Disadari

Seperti yang pernah aku katakan berulang kali sebelumnya. Bahwa aku tidak akan melarangmu dalam segala hal. Termasuk keputusanmu untuk pergi. Ketahuilah, sejatinya cinta itu tidak pernah saling mengikat. Tidak ada ikatan dalam cinta. Tidak ada batasan dan tidak ada larangan. Yang ada justru adalah kepercayaan, kepedulian, keyakinan dan hal lain yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu sebab cinta tidak hanya dibangun dengan beberapa hal, melainkan banyak hal. Sungguh, cinta itu sejatinya adalah kebebasan.

Cinta memiliki kebebasana untuk memilih hati siapa sebagai tempat berlabuhnya. Cinta memiliki kebebasan apakah dia akan setia atau tidak. Cinta juga memiliki kebebasan untuk memilih pergi.

Tapi, kebanyakan orang, termasuk kita menyadari bahwa cinta yang datang lalu pergi sesukanya tak pernah menjanjikan kebahagiaan. Bukankah kita juga tahu bahwa dikecewakan cinta rasanya teramat sakit?

Lalu kenapa ada yang memilih setia pada cinta dibandingkan memilih hati yang lain? Karena kepercayaan. Orang yang memilih setia percaya bahwa cinta yang terjalin akan membawanya pada kebahagiaan. Maka, jika saja sudah ada kepercayaan dalam sebuah hubungan tentu akan saling peduli satu sama lain. Kepedulian terhadap kebahagiaan satu sama lain. Tidak heran, ada yang hubungannya bertahan sampai mereka lupa caranya berpisah. Itu tidak lain mereka sudah merasa yakin terhadap cintanya.

Lalu, bagaimana dengan kita?
Seperti yang aku katakan bahwa cinta adalah kebebasan. Kamu boleh memilih untuk pergi pada hati yang lain jika kamu yakin itu akan membahagiakanmu. Kamu bebas memilih apapun dalam cinta. Tapi, aku akan tetap memilih setia. Sebab aku percaya kamulah bahagiaku.

Dengarlah! Sebelum kamu memutuskan untuk pergi dan mencari cinta yang lain kamu harus memikirkan dan mengingat beberapa hal.

Ingatlah bagaimana perjalananmu dalam pencarian sebelum kita saling bertemu.
Ingatlah sejauh mana kita telah melangkah sebelum cinta mempertemukan kita.
Ingatlah sudah berapa hati yang kita sakiti hanya agar cinta kita terjalin.
Ingatlah pengorbanan yang pernah kita lakukan saat kita masih saling mencari.
Ingatlah sudah berapa kali kita dikecewakan.

Jika kamu sudah mengingat semuanya, maka kamu sudah boleh menentukan pilihan. Memilih pergi atau tetap setia. Apapun pilihanmu aku akan tetap seperti ini. Karena aku menyadari bahwa cinta itu memang sebuah kebebasan yang tak bisa ditawar dan dipaksakan.

***

Minggu, 11 Oktober 2015

Jangan Menyalahkan Cinta!

Jangan hanya karena kita merasa kecewa lantas seenaknya saja mengumpat. Jangan karena merasa kita tak beruntung lantas mengatakan sesuatu yang tak enak di dengar. Dan kebanyakan dari kita memang seperti itu.

Begitu juga dengan cinta. Dari sejak di ciptakan, cinta itu adalah anugerah terindah bagi umat manusia. Alangkah menyedihkannya jika dunia ini tanpa cinta. Alangkah sepinya dunia jika tanpa cinta. Dan alangkah menyeramkannya dunia jika tanpa cinta. Aku yakin kita semua sepakat akan hal itu.

Lalu, kenapa banyak yang mengatakan cinta itu menyakitkan? Kenapa banyak yang mengatakan bahwa cinta hanya omong kosong?

Aku ingin mengatakan bahwa yang menyakitkan dan omong kosong itu bukan cinta. Melainkan itu hanya bentuk kekecewaan kita pada diri sendiri yang tak bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Cinta adalah kedamaian. Cinta adalah ketenangan. Tentu, cinta adalah kebahagiaan.

Jangan hanya karena kita gagal dalam menjalin sebuah hubungan lalu menyalahkan cinta yang membuat sakit. Itu adalah hal yang keliru sebab cinta tidak menyebabkan rasa sakit. Mungkin saja itu karena kita terlalu terburu-buru dalam mengartikan rasa yang baru saja tumbuh. Dan yang menyakitkan itu bukan cinta melainkan keputusan yang kita ambil. Cinta tetap saja pada fitrahnya yakni tidak menyebabkan rasa sakit.

Lalu, bagaimana dengan mencintai orang yang tidak mencintai kita? Itu juga menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Itu juga bukan cinta melainkan kekonyolan. Kita membiarkan hati kita terluka untuk orang yang tak pernah peduli dengan keadaan kita. Kita bukan malaikat atau super hero yang rela berkorban apa saja. Kita juga harus memikirkan perasaan kita. Kita harus segera menerima kenyataan bahwa kita telah salah menjatuhkan rasa. Kita harus segera membuka diri. Sebab, diluar sana masih ada orang yang menunggu hatimu terbuka untuk menerima cinta yang lebih tulus.

Begitulah kiranya. Maka, jika memang kamu telah memutuskan untuk pergi. Pergi saja! Untuk apa aku menahanmu jika memang keputusanmu untuk pergi lebih kuat daripada keinginanmu untuk bertahan? Pergilah dengan tenang agar tidak menimbulkan kesedihan yang menyakitkan atas pilihan kita yang salah. Jangan pernah mengungkit apa-apa lagi dari hubungan kita karena itu hanya akan meninggalkan luka.

Anggap saja hubungan yang kita jalani hanyalah sebuah proses agar kita lebih berhati-hati lagi dalam jatuh cinta.

Pergilah dengan tidak menumbuhkan kebencian diantara kita. Sebab, sebelum.kita menjalin hubungan juga kita tak saling membenci. Lantas kenapa kita harus menumbuhkan kebencian setelah hubungan kita berakhir.

Aku berkata demikian bukan karena aku tidak memiliki perasaan atau merasa bersedih. Tapi keyakinan akan cinta yang lebih baik selalu menguatkan hati agar tak menangis. Aku tidak sekuat apa yang kamu kira.

Tapi, jika memang keinginanmu untuk menetap lebih kuat daripada keinginanmu untuk pergi maka hatiku akan lebih bahagia. Mari kita memulai lagi mencari arti cinta kita berdua. Mari kita buktikan bahwa cinta itu membahagiakan!

Kelak, kita akan menyadari bahwa kita tak harus menyalahkan cinta prihal kesedihan yang kita alami. Karena memang cinta tak pernah salah.

***

Kamis, 08 Oktober 2015

Pertemuan Yang Selalu Kurindukan

Didekatmu aku selalu merasa lebih tenang. Tidak peduli seberapa besar masalah yang sedang aku hadapi. Tak peduli seberapa besar masalah yang akan mengikuti. Asalkan tetap berada didekatmu hatiku akan lebih tenang. Menatap wajahmu selalu saja memberikan kedamaian. Rasanya, aku selalu saja ingin berada disampingmu.

Aku tahu, kamu juga sedang memiliki masalah yang mungkin lebih besar dari masalahku. Hanya saja kamu tidak ingin bercerita dan memilih untuk mendengarkan cerita-ceritaku saja. Sesekali aku melirik senyuman dibibirmu. Aku harap kamu pun bahagia bersanding disampingku seperti bahagianya diriku bersanding disampingmu. Meski tidak banyak kata yang keluar dari bibirmu namun setiap kata yang keluar dari bibirmu selalu memberikan pencerahan dan melecut semangatku juga menguatkan hatiku.

Kadang, pertemuan-pertemuan kita hanya diisi dengan saling diam memandang riak air danau. Namun, kamu pasti mampu merasakan dalam diam itu genggaman tanganku lebih erat. Itu menandakan bahwa diriku takut bila suatu saat kamu pergi meninggalkanku. Aku takut kehilanganmu.

Entah kenapa, waktu seperti berjalan begitu cepat saat kita saling melepas rindu dan berbanding terbalik saat kita saling berjauhan, rasanya waktu terasa begitu lamban. Apakah seperti ini yang dirasakan oleh dirimu dan juga pasangan-pasangan lain yang sedang merajut asmara? Ataukah aku yang terlalu berlebihan. Tapi, itu tidak penting. Aku akan tetap begini. Karena ini adalah caraku mencintaimu.

Berat rasanya, jika kita harus berpisah lagi setelah pertemuan. Namun aku tidak akan menahanmu. Meski kita saling mengikatkan hati namun tetap saja kita mesti menjalani kehidupan masing-masing. Yang jelas aku akan selalu merindukan saat-saat bersamamu. Aku akan bersabar untuk menunggu pertemuan kita berikutnya.

Pertemuan setelah perpisahan itu selalu menegangkan. Selalu banyak cerita yang ingin dibagi. Selalu banyak keluh yang ingin diluapkan dan selalu banyak tanya yang ingin terlontarkan. Tapi, sekalipun sudah tidak ada lagi yang bisa di ungkapkan rasanya aku tidak ingin perbincangan dan pertemuan kita segera berakhir. Aku masih ingin berlama-lama denganmu. Karena aku tidak pernah merasa bosan. Justru semakin kita berlama-lama itu akan semakin membuatku bahagia. Aku akan mencari cara agar kita tak segera menyudahi pertemuan yang aku nantikan setiap kau jauh dariku. Aku masih belum puas menatap wajahmu, matamu dan semuanya. Saat pertemuan kita aku akan berusaha mengingat semua yang ada padamu dan itu akan kusimpan dalam ingatanku sampai pertemuan berikutnya.

Tiada yang lebih menarik dalam sebuah hubungan selain menunggu waktu pertemuan. Setelah rindu yang mendera, pertemuan seperti angin yang mengabarkan kebahagiaan. Aku akan terus menghitung langkah waktu yang akan mengantarkanku pada pertemuan denganmu setelah ini.

***

Selasa, 06 Oktober 2015

Mari Saling Berbicara

Bukankah kita telah merasa sama-sama telah dewasa? Lalu kenapa kita masih menyelesaikan masalah dengan cara kekanak-kanakkan? Cinta tidak untuk anak-anak. Sebab cinta tidak sekedar membawa kabar gembira. Dalam percintaan selalu saja ada masalah yang menghampiri. Kalau saja kita tak mampu mengatasi masalah tersebut sudah barang tentu cinta yang kita jalin hanya tinggal kenangan.

Mendekatlah! Hapus dulu air matamu. Bukan, bukan aku tak bersedih. Semuanya bersedih. Aku, kamu atau mereka yang mengalami hal yang serupa. Ketika cinta yang kita perjuangkan berada di ujung tanduk. Namun, dengan bersikap lebih dewasa maka kita akan mengetahui bahwa masalah yang dihadapi tidak akan selesai dengan air mata.

Memdekatlah! Tahan dulu gejolak amarah yang membuncah. Bukan aku tak marah. Kalau saja aku ingin melampiaskannya, aku telah marah pada kenyataan. Cinta yang kita perjuangkan nyatanya harus berakhir. Tapi, bersikaplah lebih realistis. Masalah tidak akan menemui pangkalnya jika di cari dengan emosi yang meluap-luap.

Kemarilah! Kita harus saling berbicara. Sebab, jika hanya saling diam justru akan memperburuk keadaan. Aku tidak tega melihatmu yang terus bermuram durja. Jujur saja, aku merindukan senyummu yang meneduhkan hati.

Kita harus saling berbicara, mengungkapkan apa saja yang membuat hati terluka. Memang, itu akan menyakitkan namun setidaknya itu akan memberi kepuasaan. Jika terus saja dipendam dalam hati, lantas siapa yang tahu? Itu akan membuatmu selalu bersedih.

Kita harus saling berbicara. Katakanlah apa yang ingin kau katakan. Aku selalu saja siap menjadi pendengarmu karena kutahu banyak yang ingin kau katakan. Hanya saja emosi dan kemarahan selalu saja menjadi penghalang niatmu untuk mengungkapkan semuanya.

Semua akan jelas dan terang benderang jika kita saling berbicara. Kalau toh memang tidak ada yang bisa dipertahankan dalam hubungan kita, setidaknya tidak ada luka yang menganga pada hati masing-masing setelahnya.

Mari kita sama-sama menghilangkan keegoisan. Sebab keegoisan tak pernah membawa kebahagiaan pada jalinan kasih. Jalinan kasih dapat terjalin jika hanya kita saling memahami.

Mari saling berbicara.
Karena aku tak begitu pandai mengartikan diammu.
Karena aku tak pintar mengartikan marahmu.

Kita bisa memulai lagi semuanya dari awal. Sebab sejujurnya aku tidak menginginkan kita saling menyakiti. Bukankah kita pernah berjanji tuk saling membahagiakan?

Mari saling berbicara!

***

Sabtu, 03 Oktober 2015

Janji Akasia

Entah kenapa, taman selalu menjadi tempat istimewa bagi sepasang kekasih yang sedang meramu asmara. Dibangku-bangku taman selalu kutemukan sepasang kekasih yang saling melempar canda, juga tawa. Meski tak sedikit pula orang yang sedang kesepian memilih taman untuk menenangkan hatinya. Mendamaikan hati dibangku taman kadang lebih baik walau tak jarang justru membuat kita semakin gundah. Menyaksikan sepasang kekasih dibangku sebelah tempat kita duduk akan membawa kita pada kenangan masa lalu bersama sepasang kekasih yang telah pergi.

Seperti mereka, taman juga menjadi tempat favorit kita menghabiskan hari. Menumpahkan rindu yang terpendam. Menikmati kehangatan dalam genggaman tangan. Ah, taman seolah menjadi tempat yang istimewa bagi kita.

Pada bangku panjang di sebuah taman. Kita selalu saja mampu menciptakan kehangatan berdua. Kita tak pernah peduli ada apa, atau ada siapa ditaman itu. Kita tetap saja menikmatinya seolah hanya kita disana.

Cinta kita akan tetap tumbuh. Seperti pohon akasia yang baru tertanam itu. Pohon itu akan menjadi saksi tumbuhnya cinta kita. Meski tak cantik, namun akasia selalu memberi keteduhan. Katamu disuatu hari saat kita sedang duduk dibangku panjang tepat didekat pohon akasia yang baru ditanam.

Hari ini, aku kembali ke taman favorit kita. Kini, taman ini tak lagi menarik. Bangku panjang tempat biasa kita duduk berdua seolah menertawakan kesedihanku. Tanpa hadirmu taman yang indah pun seolah menjelma tempat yang menyeramkan. Meski gusar, aku coba duduk dibangku panjang tempat kita berdua biasa duduk. Rasanya hampa seolah ada yang kurang di bangku itu. Pohon akasia yang dulu menjadi saksi akan ikrar kita sedang menari-nari seolah mendendangkan lagu kesedihan.

Pohon akasia itu ternyata telah tumbuh lebih besar dari waktu itu. Akasia itu terus tumbuh. Lantas kenapa cinta kita harus tumbang? Bukankah kita telah berjanji cinta kita akan tetap terjalin dan tumbuh seperti pohon akasia yang meneduhkan?

Aku masih disini. Dibangku panjang tempat kita biasa duduk. Menatap kosong pada akasia. Aku masih enggan beranjak dari tempat itu. Padahal, terlalu lama disana membuatku semakin merasa kehilangan. Pada sudut hatiku yang lain ternyata masih mengharapkan kehadiranmu disampingku. Menunaikan janji pada akasia akan keutuhan cinta kita. Meski aku sadar kehadiranmu disampingku adalah hal yang tidak mungkin. Karena nyatanya kini kamu telah memilih hati yang lain.

Lupakan saja janjimu pada akasia. Itu hanya janji yang membuatku pilu.

***

Jumat, 02 Oktober 2015

Diam

Akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Beberapa pekerjaan menuntutku agar meluangkan lebih banyak waktu lagi. Hari-hariku seolah selalu saja dihabiskan bersama pekerjaan yang seolah tak kunjung selesai. Sampai-sampai aku hanya istirahat untuk menunaikan hajatku saja. Bahkan aku sudah tidak sempat lagi untuk sekedar membuka laman media sosial yang biasanya rajin aku kunjungi. Satu hal yang lebih parah lagi aku baru menyadari bahwa jauh disana ada hati yang sedang gelisah. Karena tak kunjung mendapatkan kabar dari kekasihnya. Pesannya tak ada satupun yang dibalas, apalagi teleponnya juga tak sempat terjawab. Semakin hari hatinya semakin gelisah.

Perlahan pekerjaanku pun mulai terselesaikan. Aku sudah sempat membuka pesan-pesan yang masuk melalu telepon genggamku. Semuanya berisi dari hati yang jauh disana. Dari seseorang yang telah meluluhkan hatiku. Aku membaca satu per satu pesan singkat itu. Jika semuanya kusimpulkan intinya kamu merasa kecewa. Aku merasa bersalah telah mengabaikanmu. Membuat hatimu kecewa adalah kesalahan terbesarku padamu.

Untuk menebus rasa bersalahku, aku mengajakmu berjalan-jalan ke tempat-tempat yang indah yang kamu sukai. Aku berharap ceriamu kembali hadir.

Namun, sepanjang perjalanan yang kita tempuh tak satu pun kata terucap dari bibirmu. Itu semakin membuatku merasa bersalah. Kamu memilih diam dan semakin membuatku bingung. Biasanya, aku selalu suka dengan diammu. Tapi kali ini diam nya beda. Biasanya diam yang sering aku lihat adalah diam karena merajuk manja. Dengan bibir sedikit maju dan dagu mengkerut. Sebab aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Setelah itu kamu akan kembali ceria seiring candaan yang aku lontarkan.

Tapi, saat ini diammu berbeda. Tak ada lagi bibir yang dimajukan atau dagu yang mengkerut. Semuanya datar. Jelas keadaan itu semakin membuatku bingung. Masihkah kau kecewa denganku? Tapi kenapa memilih diam?

Hari setelah itu aku menjadi lebih sibuk lagi. Bukan karena tuntutan pekerjaan. Tapi, lebih kepada mencari tahu sebab diammu.

Akhirnya, aku sampai pada kesimpulan bajwa ternyata diammu adalah bentuk kudeta terhadapku karena sebuah kesalahan yang telah membuatmu gelisah. Ini adalah caramu protes terhadapku yang membuatmu menunggu. Menunggu kabar dariku yang telah menjadi kekasihmu. Ah, aku semakin yakin bahwa kamu memang benar-benar tulus terhadap cinta kita. Aku telah menyaksikan betapa kecewanya kamu saat aku tidak memberimu kabar. Rasa khawatirmu telah cukup untuk mengungkapkan ketulusan cintamu.

Kau telah berhasil mengkudetaku. Protesmu terhadapku berhasil. Aku tidak akan membuatmu kecewa lagi. Aku tidak ingin membiarkanmu mendiamkanku lagi. Itu cukup membuatku merasa bersalah.

***

Kehadiranmu

Seiring berjalannya waktu. Semakin jauh perjalanan cinta yang kita lewati. Banyak pelajaran yang aku ketahui. Cinta telah mengajarkan banyak hal. Tentang kehidupan dan menyikapi kehidupan. Kehadiranmu memberikan arti lain dalam hidupku. Hari-hariku menjadi lebih berarti dengan kehadiranmu. Seolah-olah kamu adalah alasan hidupku. Hingga aku sampai pada titik dimana aku takut kehilanganmu. Karena itu artinya aku akan kehilangan gairah hidupku.

Semakin jauh kita melangkah berdua, pemahamanku terhadap dunia ikut berubah. Aku bisa memahami apa yang tidak bisa aku pahami jika dalam kesendirian. Kamu telah membuat waktuku semakin berharga. Aku ingin tetap bersamamu mengarungi sang waktu yang misterius. Sepanjang kau berada disisiku maka tidak ada rasa takut untuk mengarungi waktu. Tetaplah bersamaku!

Aku menyadari seutuhnya bahwa hadirmu bukan lagi untuk mengisi kekosonganku seperti yang aku katakan saat pertama kali mengatakan cinta padamu, lebih jauh dari itu hadirmu ialah untuk mengisi kekuranganku.

Manisnya cinta yang kau hadirkan semakin membuatku takut akan kehilanganmu. Maka, aku ingin selalu menghadirkan tawa di bibirmu agar aku bisa memastikan bahwa kau pun bahagia bersamaku. Tapi, sesekali aku akan membiarkanmu berurai air mata agar aku bisa tahu apa saja yang bisa membuatmu begitu bersedih hingga aku tak sampai membuatmu bersedih di kemudian hari.

Aku ingin selalu memelukmu agar aku selalu menyadari bahwa kehadiranmu memang untuk kebahagiaanku. Semoga kau pun bahagia bersamaku seperti aku yang selalu bahagia bisa menemukanmu dalam pencarianku.

***

Kamis, 01 Oktober 2015

Kekuatan Pandangan Pertama

Semuanya berawal dari pandangan pertama. Entah kenapa aku percaya akan kekuatan pandangan pertama. Sejak pertama kali aku melihatmu pada suatu waktu yang bahkan aku masih mengingat waktu itu. Semuanya masih tersimpan rapi dalam hatiku. Aku hanya melihatmu sekilas. Sekilas saja. Beberapa detik saja kita beradu pandangan mata. Namun ternyata akibatnya lebih panjang dari itu.

Sejak pertama kali aku melihat indah matamu tiba-tiba saja aku menemukan bayanganku pada bola matamu. Beberapa detik melihat pandangan matamu untuk pertama kali membuatku tersiksa untuk waktu yang lama. Malam-malamku seolah telah dicuri oleh matamu. Hari-hariku seolah terampas oleh pandangan pertamaku padamu. Setiap malam aku selalu gelisah merindukan pertemuanku denganmu yang kedua kali atau bahkan seterusnya bisa memandang wajahmu yang meneduhkan. Setiap hari, hatiku selalu gundah gulana memikirkan pertemuan singkat itu.

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencari. Mencari sesuatu yang tertinggal di bola matamu.

Ternyata tidak sulit untuk menemukanmu. Karena belakangan aku juga tahu bahwa kamu pun merasakan apa yang aku rasakan akibat pandangan sesaat itu. Kita sama-sama mencari sesuatu yang tertinggal dan membekas akibat pandangan beberapa saat itu. Sesuatu yang tertinggal itu aku sebut rasa.

Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata saat aku tidak lagi menatap matamu. Namun yang jelas itu membuatku tersiksa. Aku tidak ingin menyia-nyiakan lesempatanku dapat bertemu kembali denganmu. Aku ingin mengungkapkan semua yang aku rasakan padamu. Walau awalnya aku ragu kau akan menyambut rasaku.

Dugaanku salah, bak gayung bersambut, ternyata kau pun ingin mengungkapkan rasa yang sama. Hanya saja kamu memilih mengungkapkan dengan diam. Ah, semua orang selalu punya cara sendiri untuk mengungkapkan rasa. Hanya saja memang harus ada yang berani mengungkapkannya dengan kata-kata. Dan aku memilih ambil bagian untuk itu.

Seiring berjalannya waktu, aku berusaha mencari sesuatu yang lebih berarti dan lebih menarik darimu selain pada pandangan matamu. Aku berusaha meraba kedalaman hatimu. Disana aku menemukan yang lebih indah daripada pandangan mata.

Aku tahu, keindahan sesungguhnya yang ada pada dirimu tidak bisa dilihat dengan pandangan mata. Itulah mungkin jawaban kenapa kita selalu menutup mata ketika tertidur. Ketika kita menangis. Ketika kita membayangkan. Karena ternyata keindahan sejati tidak bisa dilihat melainkan dapat diraba dengan perasaan.

Di kedalaman hatimu ternyata lebih menarik daripada bola matamu yang telah membuat hari-hariku selalu merindukanmu. Kamu memiliki keunikan yang membuatku ingin selalu berjalan beriringan dalam sebuah ikatan. Tanpa rasa ragu, aku memilih menjatuhkan hatiku padamu. Aku hanya berharap kebahagiaan akan selalu menghias perjalanan cinta kita seperti aku bahagia bisa menemukanmu.

Aku semakin menyadari kekuatan dahsyat akibat pandangan pertama itu. Pandangan pertama yang telah membuatku ingin memandangmu kedua kalinya, tiga kalinya, dan selamanya. Bahagiaku ada padamu lebih dari sekedar pandangan mata melainkan di kedalaman hatimu. Aku telah menemukan bayangankubpada bola matamu yang juga cerminan hatimu.

***


Tak Perlu Ada Penyesalan

Dalam sebuah perjalanan cinta, selalu saja ada kerikil yang senantiasa berusaha membuat langkah kita tergelincir. Ada saja duri yang seolah sengaja ditebar untuk membuat langkah kita menjadi ragu. Namun, tidak semua pasangan mampu melewati itu semua. Termasuk kita.

Cinta yang terjalin diantara kita ternyata masih terlalu lemah hingga kita mudah tergelincir.

Cinta yang terikat diantara kita ternyata masih terlalu rapuh hingga duri yang terhampar dalam perjalanan cinta kita membuat langkah semakin ragu.

Tidak apa. Mengetahui ketidakcocokan diantara kita lebih dini itu justru lebih baik. Daripada kita menyadarinya setelah jauh melangkah. Sebab, jika saja kita terlambat menyadari ketidakcocokan kita maka urusannya akan lebih rumit. Kita akan sama-sama tersiksa oleh pilihan kita sendiri.

Cinta tak hadir begitu saja melainkan melalui proses.
Cintapun tak bisa selalu dipaksakan tumbuh. Seperti mawar yang tidak bisa dipaksa tumbuh dipadang pasir yang gersang. Meski menjanjikan keindahan, namun perlahan keindahan yang kita harapkan tumbuh itu tak kunjung hadir. Kenapa? Karena berada pada tempat yang salah.

Hati dan cinta adalah sebuah anugerah keindahan namun tak kan menjadi indah jika berada di tempat yang salah.

Maka, keputusan untuk menyudahi semua jalinan cinta akan menjadi lebih baik daripada memaksakan kebahagiaan semu.

Jangan pernah ada penyesalan dalam diri kita. Anggap saja, ikatan cinta yang pernah kita jalani adalah sebuah proses pendewasaan agar kelak kita tak terburu-buri dalam menafsirkan cinta.

Entah kenapa, dalam perjalanan cinta aku menyadari tentang diri sendiri. Aku dan kamu harus menyadarinya. Bahwa tidak sepantasnya ada penyesalan dalam cinta meski itu cinta yang berakhir perpisahan. Karena bagiku, penyesalan hanyalah sebutan lain dari penghargaan diri. Penghargaan atas pilihan kita masing-masing. Pilihan atas jalan hidup yang kita buat sendiri.

Perpisahan bukan untuk disesali. Menguatkan keyakinan itu akan membuat kita lebih tenang menjemput cinta yang baru.

Bila cinta yang kita jalani tak mampu membebaskan beban dalam hati maka membiarkan hati mencari kebebasannya. Meski itu dengan mengorbankan hati yang lain. Kita harus ingat bahwa sekalipun kita pernah menemukan cinta dan akhirnya kehilangan cinta atau bahkan cinta itu mati. Bukan berarti kita harus ikut mati bersamanya.

Pada selembar kertas yang bisu aku ingin mengucapkan selamat berpisah. Semoga kita akan menemukan kebahagiaan kita masing-masing. Tanpa perlu lagi merasakan kesedihan akibat perpisahan. Seperti aku yang saat ini sedang mencoba bangkit dari kesedihan.

***