Ini adalah tentang
hubungan jarak jauh yang sedang kita jalani. Long Distance Relationshif orang mengatakannya. Tapi, lebih dari
itu aku menyebutnya Lelah Dilanda Rindu atau sama-sama disingkat LDR. Sebelumnya,
saat aku mendengar orang yang melakukan hubungan jarak jauh aku tidak pernah
menganggap sesuatu yang istimewa. awalnya, aku hanya menganggap bahwa itu sama
saja dengan hubungan jarak dekat. Kita masih bisa mendengar suara orang yang
kita cintai di sebrang sana dengan kecanggihan teknologi. Kita masih bisa mengungkapkan
kata-kata romantis lewat pesan singkat atau media social. Kita masih bisa untuk
sesekali pergi menonton atau ke taman saat kita sama-sama memiliki waktu
senggang dan jarak sedang berkompromi dengan kita.
Apa susahnya menjalani
hubungan jarak jauh? Itu pikirku dulu.
Tapi, kini segala
sesuatunya berubah saat aku sendiri yang mengalami yang dinamakan hubungan
jarak jauh. Rasanya, waktu terasa lebih lama untuk berjalan. Jarum-jarum jam
pun seolah malas untuk berputar seperti sedang mengejekku yang sedang dilanda
rindu padamu yang jauh disana.
Hal-hal yang dulu aku
anggap ringan ternyata tidak seperti yang aku duga. Meski baru beberapa waktu
saja kita berpisah aku sudah tidak mampu lagi memendam rindu yang menggelora. Memang,
aku bisa mendengar suaramu kapan pun aku mau melalui telepon tapi ternyata itu
tidak lantas menghilangkan rasa rinduku. Mendengar suaramu, tawamu justru lebih
membuatku merindu. Hatiku rasanya ingin menjerit menyuarakan kerinduanku saat
kita sedang berbagi kabar lewat telepon. Apakah kamu merasakan hal yang sama
seperti apa yang aku rasakan? Apakah mereka juga merasakan seperti apa yang
kita rasakan? Ternyata tidak mudah menjalani hubungan yang terpisahkan jarak
yang tidak dekat.
Pemikiranku dulu bahwa
kita masih bisa saling romantis lewat pesan singkat atau media social ternyata
tidak benar. Saat aku membaca pesan-pesan singkat yang kamu kirimkan justru
membuat jantungku berdetak lebih kencang sebab terlalu sering menahan rindu. Ternyata
yang aku butuhkan bukan kata-kata romantis yang sering kamu kirimkan setiap
saat karena justru itu membuatku semakin gila karena menahan rindu untuk
bertemu. Yang ingin aku lihat ternyata bukan pesan singkatmu melainkan senyummu
yang romantis. Ah. Apalagi jika sudah berbicara media sosial. Dugaanku bahwa
kita akan saling berbagi cerita romantis lewat media sosial ternyata tidak
benar. Saat aku membuka akun-akun di media sosial justru ada perasaan lain
selain rindu yakni cemburu. Saat aku melihat status di akun media sosialmu yang
di sukai oleh banyak teman perempuanmu itu menambah rasa cemburuku. Apalagi aku
tidak pernah sekalipun menemukan kamu menyebut namaku di status-statusmu. Memang,
hubungan yang kita jalani bukan untuk di
umbar-umbar tapi sebagai manusia biasa yang sedang menahan rindu rasanya aku
ingin sekali melihat namaku tertulis istimewa di akun sosial itu. Tapi,
sudahlah itu tidak penting karena yang terpenting kamu masih mampu menjaga
kepercayaan yang aku berikan. Apakah kamu juga disana merasakan semua yang aku
rasakan? Apakah mereka yang menjalani hal yang serupa juga merasakan seperti
apa yang kita rasakan? Rasanya sulit sekali menahan rindu yang terpisahkan
jarak dan waktu.
Akhirnya, aku tidak bisa
apa-apa saat rindu benar-benar melanda. Aku hanya bisa terbaring lemah ditempat
tidur sambil memperhatikan langkah jarum jam yang malas bergerak itu. Sesekali,
aku mencari-cari kontakmu di telepon genggamku. Aku berniat untuk menelponmu
dan mengatakan bahwa aku rindu padamu. Tapi, niat itu aku urungkan sebab aku
tidak ingin kamu mengetahui bahwa aku sedang sesenggukan menangis karena sebab
yang lucu yakni tidak kuat menahan rindu. Apakah kamu juga merasakan hal yang
sama?
Aku percaya kamu lebih
kuat dariku. Mereka yang menjalani hubungan seperti kita ternyata lebih kuat dariku.
Aku terlalu lemah untuk tunduk terhadap waktu.
Tidak ada yang paling membahagiakan bagi
dua orang yang sedang terpisahkan oleh jarak dan waktu selain pertemuan. Seberapa
lama pun pertemuan itu rasanya cukup untuk mengobati rindu ini. Seberapa lama
pun pertemuan itu rasanya cukup untuk sekedar memastikan bahwa kamu sungguh
baik-baik saja.
Untukmu yang sedang
berjuang agar tak ada lagi jarak yang memisahkan cinta kita, jagalah hatiku
yang sudah kujatuhkan padamu. Aku selalu menunggumu di ambang pintu. Merindukan
senyummu yang puitis.
Ternyata, menjalani
hubungan jarak jauh tidak semudah apa yang aku bayangkan sebelumnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar