Dulu. Dulu sekali saat aku
baru saja mengenal namamu. Saat aku baru saja jatuh cinta padamu namun belum
sempat terungkap. Kamu yang selalu sibuk dengan aktivitasmu bersama
kawan-kawanmu. Kamu yang selalu saja serius dengan semua mata pelajaran
sekolah. Kamu yang selalu saja mendapatkan prestasi di sekolah. Kamu yang
selalu saja membuatku terpaksa jatuh hati dengan semua sikapmu. Kamu yang
selalu saja ingin kulihat setiap saat namun kamu tidak pernah peka terhadap
perasaanku.
Saat itu aku selalu saja
mencari-cari cara agar selalu bisa melihat senyummu. Selalu saja aku memutar
otak agar aku selalu dekat denganmu.
Aku yang memang kurang pintar dalam masalah
pelajaran selalu saja memintamu agar sudi mengajarkan semuanya. Aku menjadikan
kebodohanku itu sebagai senjata utama agar aku bisa selalu dekat denganmu. Kamu
yang baik hati selalu saja mau untuk mengajariku. Saat didekatmu sebenarnya
membuatku justru tidak bisa konsentrasi pada apapun selain padamu. Rumus-rumus
hitungan yang kamu ajarkanpun sebenarnya tidak ada satupun yang mampir di
otakku. Hanya saja aku selalu mengangguk saat ditanya olehmu. Tujuannya tentu
agar aku bisa melihat senyummu. Ternyata untuk beberapa hal kebodohanpun sangat
menguntungkan. Itu modus bukan?
Aku selalu saja ingin terlihat
menawan saat lewat dihadapanmu saat kamu sedang berkumpul bersama
teman-temanmu. Aku selalu saja berusaha mengalihkan perhatianmu dengan
cara-cara yang sebenarnya menyebalkan seperti di FTV. Ah, tapi sepertinya kamu
tidak pernah menonton tayangan seperti itu karena buktinya kamu tidak mengerti
dengan semua kode yang aku kirimkan. Selalu saja begitu, namun setidaknya aku
sudah berusaha. Itu modus bukan?
Semenjak aku mengenal kata
jatuh cinta aku semakin akrab saja dengan yang namanya modus. Mungkin itu juga
yang dilakukan oleh orang-orang yang bernasib sepertiku.
Sampai suatu saat kamu
tiba-tiba menantangku untuk berpacu dalam prestasi. Entah atas dasar apa aku
yang dulunya paling malas belajar tiba-tiba menjadi sebaliknya. Aku yang
sebelumnya tidak suka dengan beberapa mata pelajaran tiba-tiba berubah
sebaliknya. Aku menyetujui tantanganmu. Karena bagiku itu bukanlah tantangan
biasa, itu adalah pertanda kamu sudah mulai menangkap kode-kode yang aku
kirimkan. Ah, cinta selalu saja orang menjadi aneh sejak mengenal cinta.
Di ujung tantangan, meski
aku tidak berhasil mencapai prestasi yang gemilang namun kamu tetap saja
memberikan senyum termanismu atas usahaku. Ah, rasanya tak ada yang lebih
menarik selain dengan senyummu.
Sampai suatu saat, masa
sekolah harus berakhir. Perasaanku semakin bingung dan kalut bukan karena memikirkan
nilai-nilai ujianku. Namun, justru karena kamu tak kunjung menyatakan bahwa
kamu juga mencintaiku. Mungkinkah cintaku bertepuk sebelah tangan?
Aku takut jika tidak
segera mendengar pernyataan cintamu maka kita akan benar-benar berpisah.
Setelah itu aku tidak bisa lagi berpura-pura tidak mengerti dalam pelajaran
hanya untuk bisa didekatmu.
Aku tidak bisa lagi tebar
pesona dihadapanmu yang sedang asyik bersama kawan-kawanmu. Aku takut akan hal
itu.
Tapi ternyata tidak, di
akhir masa sekolah itu kamu menyatakan cintamu dengan cara yang romantis. Aku
tidak pernah menduga bahwa orang serius sepertimu memiliki sisi romantis juga.
aku menjadi orang yang paling bahagia saat itu.
setelah itu semua bukan lantas membuatku
menjadi tenang. Karena setelah kita menautkan hati ternyata jarak tak bisa
mengerti. Cinta kita harus terpisah jarak dan waktu. Aku tidak bisa memaksakan
agar kamu tetap di sampingku. Ini lebih menyedihkan dibandingkan saat dulu aku
masih mengirimkan kode-kode cinta namun kamu tidak pernah peka. Ini lebih
menyedihkan.
Kini, aku kembali lagi
mengirimkan kode-kode agar kamu sudi menemuiku yang dilanda rindu. Melalui
pesan-pesan singkat atau melalui media sosial. Tapi, kali ini aku tidak ingin
menyebutnya modus. Itu bukan modus tapi rindu. Rindu yang belum tersampaikan.
Namun sekali lagi kamu
tidak pernah peka terhadap itu semua. Mungkin, aku masih harus bersabar agar
waktu mengizinkan kita bersatu dan tak pernah terpisahkan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar