Jumat, 18 September 2015

Untukmu Yang Memilih Pergi

Semuanya sudah berlalu. Segalanya telah usai. Namun tidak dengan kenangan. Semua cerita yang pernah kita rangkai tak pernah hilang. Ia akan terus tumbuh di dalam hatiku meski itu dibagian terdalam sekalipun. Ia akan menjadi bagian dari cerita hidupku. Menjadi lukisan dalam kanvas yang pernah kita goreskan bersama. Walaupun goresan kuas itu belum selesai namun aku sudah bisa menerka-nerka gambar apa yang akan kita lukis. Namun, kamu memilih menyerah sebelum sempat lukisan itu terpajang. Menyisakan goresan-goresan yang tak tentu.

Maka, untukmu yang sekarang telah memilih pergi, aku hanya ingin berbisik padamu. Padamu yang menjanjikan lukisan indah pada selembar kanvas kehidupanku.

Apakah aku bersalah jika aku membiarkan hatiku yang kosong ini berharap? Pelan. Pelan sekali aku menapaki setiap inci kehidupanmu. Aku hanya ingin mengetahui lebih banyak tentangmu. Sampai akhirnya aku sampai pada satu titik. Dimana aku merasakan bahwa kamulah yang akan mengisi kekosongan hatiku.

Apakah aku bersalah jika hati yang kering ini menginginkan sesuatu darimu? Lambat laun setelah aku merasa jatuh hati padamu maka aku semakin menaruh harapan padamu. Pada hati yang kering ini. Aku menganggap kamulah yang akan membasuh keringnya hatiku dengan kesejukan cinta yang kamu janjikan padaku. Sampai akhirnya aku tiba pada satu titik dimana aku merasakan kenyamanan berada di dekatmu. Disampingmu aku merasakan kedamaian. Hati yang kering itu perlahan mulai menampakan kuncup-kuncup bunga yang imdah. Membuat hidupku lebih berbahagia.

Apakah aku bersalah jika membiarkan hati yang sepi ini mengiba? Setelah aku merasakan kenyamanan saat didekatmu rasanya sepi yang senantiasa mengurung hatiku pun perlahan luruh. Sampai akhirnya aku tertambat pada keadaan bahwa aku tidak merasakan kesepian lagi. Hadirmu telah mengubah duniaku. Janji-janji manismu mebuat kuncup-kuncup bunga itu perlahan bermekaran.

Kuas yang kau goreskan pada sebidang kanvas itu membuatku sedikit yakin bahwa kamulah yang akan menggenapkan hatiku. Hita akan melukis kebahagiaan pada kanvas kehidupan kita.

Namun, pada persimpangan yang lain ternyata kamu memilih kanvas yang lain untuk kau goreskan kuasmu. Kamu memilih pergi dengan yang lain saat aku menaruh harapan padamu.

Dan apakah aku pun harus mencari nama lain yang menggantikan namamu? Tapi ternyata itu tidak mudah. Rasaku padamu terlanjur tumbuh dan berbunga.

Bukan salah siapa-siapa jika hari ini aku merasa kecewa kepada cinta. Karena aku menyadari bahwa kuncup yang bermekaran itu ternyata tidak bisa melewati kemarau. Hatiku kini kembali gersang.

Kepergianmu menyisakan setangkai bunga cinta yang kini perlahan layu. Kuas yang kamu goreskan pun tak mampu aku hapus dari kanvas hidupku. Cerita yang kamu janjikan membuatku semakin sakit jika mengingatnya. Namun terlalu manis untuk dilupakan begitu saja.

Meski begitu aku akan tetap tersenyum padamu, karena memang hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Walau melihatmu dengan yang lain sebenarnya membuat hatiku pilu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar