Mendengar namamu membuatku teringat akan semua yang pernah kita jalani. Semua tentangmu seolah hadir tanpa bisa ku hindari. Tak ada satu pun yang terlewat. Senyummu, seolah hadir di depan mataku lengkap dengan lesung pipinya.
Mendengar namamu membuatku kembali terbawa pada masa yang telah usai. Masa yang penuh kebahagiaan. Masa yang selalu membuatku tersenyum kala mengingatnya. Walau hanya untuk beberapa saat.
Namun, memdengar kembali namamu terucap juga membuat bagian yang lain dalam hatiku menangis.
Aku yang terlalu bodoh melepaskanmu begitu saja. Hari ini aku baru menyadari bahwa hidupku adalah kamu.
Aku yang pura-pura tegar membiarkanmu pergi padahal disudut yang lain aku mati-matian bertahan agar tidak terlihat rapuh. Hari ini, aku menyesali itu semua. Andai saja saat itu aku jujur padamu tentang perasaanku, mungkin ceritanya tidak akan seperti ini
Aku yang terlalu bodoh karena sampai saat ini aku masih belum mampu untuk melupakanmu. Apalagi membencimu.
Aku yang terlalu bodoh karena sampai saat ini masih menyimpan perasaan yang tidak seharusnya.
Aku juga yang terlalu lemah hingga membiarkanku larut dalam kesedihan setiap saat.
Aku yang terlalu takut tak mampu menemukan lagi orang yang mampu membuatku bahagia menjalani hari.
Biarkanlah aku tetap menyimpan namamu disudut hatiku sebagai orang yang pernah membuatku bahagia.
Aku akan menyimpan namamu sebagai orang yang pernah aku harapkan kan membawaku pada kebahagiaan seutuhnya.
Meski kini disana kamu tengah dengan yang lain,
Aku akan tetap menyimpan namamu sebagai orang yang istimewa dalam perjalanan hidupku. Meski kadang itu menyakitkan namun bagiku itu lebih baik.
Setidaknya, sampai aku berhasil menemukan satu nama yang kelak akan menghapus namamu di hatiku untuk selamanya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar