Perjalanan cinta adalah pelajaran yang sangat indah
yang diajarkan semesta pada manusia. Cinta adalah anugerah yang harus kita
syukuri kehadirannya. Tak bisa untuk dipungkiri. Tak terelakan lagi.
Seperti itulah aku dan kamu yang telah sepakat untuk
memasuki perjalanan indah itu bersama. Berdua mencari makna cinta yang
sesungguhnya. Menikmati setiap langkahnya. Mensyukuri setiap keindahannya.
Kejenuhan kadang memang hadir diantara kita tanpa
pernah kita undang. Bahkan tak pernah kita harapkan hadir. Namun, kejenuhan
semacam rasa malas saat kita mempelajari pelajaran di sekolah yang harus kita
taklukan. Atau kita yang akan menyerah terkalahkan oleh kejenuhan. Kejenuhan
dalam sebuah hubungan adalah sebuah keniscayaan.
Pada titik tertentu, kita akan merasa bahwa hubungan
kita terasa sangat membosankan. Perjalanan cinta kita terasa monoton. Hubungan
yang kita jalani terasa datar- datar saja tanpa ada yang istimewa. Hal itu tak
bisa terhindari dalam sebuah hubungan. Ada masanya kita merasa jenuh dengan
sebuah hubungan yang dijalani. Itu adalah sebuah keniscayaan.
Itulah sebabnya ada hubungan yang harus kandas
ditengah jalan. Ada hubungan yang tersandung ditengah jalan lalu jatuh
berantakan.
Itu semua terjadi bukan karena tidak ada lagi cinta
diantara mereka. Bukan. Melainkan mereka tidak mampu melawan rasa jenuh dan
bosan yang hadir dalam hubungannya. Mereka terlalu cepat menyimpulkan bahwa
kejenuhan itu adalah akhir dari segalanya.
Padahal tidak demikian. Bukankah kita sering
mendengar jika ada dua orang kekasih yang telah putus lalu keduanya merasakan
kegalauan dan kesedihan?
Kenapa mereka harus bersedih jika mereka berdua yang
memutuskan untuk menyudahi hubungan?
Jawabannya karena sesungguhnya mereka bukan sudah
tidak saling mencintai. Pada diri masing-masing masih ada cinta.
Lalu kenapa
harus menyudahi hubungan jika masih ada cinta?
Sebab mereka tidak mampu mengendalikan rasa jenuh
yang ada pada diri masing-masing.
Begitupun dengan hubungan yang kita jalani, sayang.
Suatu saat, akan ada masanya kejenuhan juga akan
menghampiri hubungan kita. Kebosanan akan hadir diantara kita. Aku berharap,
agar kamu kuat melawan rasa jenuh dalam dirimu jika suatu saat hadir. Sebagaimana
aku akan bertahan melawan rasa jenuh dengan mengingat kenangan manis yang
pernah kita lewati bersama.
Aku takut jika suatu saat nanti kejenuhan datang,
kamu menyerah dan memilih menyudahi hubungan kita.
Meskipun aku berhasil mengendalikan rasa jenuhku,
akan sia-sia saja jika ternyata kamu sendiri memilih menyerah. Aku tidak
menginginkan itu.
Sayang,
Jika pun masa itu tiba, masa dimana rasa jenuh
menghantui hubungan kita. Katakan saja padaku. Bukan pada orang lain yang tak
pernah tahu sperti apa hubungan yang sudah kita jalani.
Barangkali, kita perlu waktu untuk tidak berjumpa. Sampai
rasa rindu membunuh rasa jenuh dengan sendirinya.
Tapi sejenak saja, sebab aku tak kan mampu menahan
rindu jika terlalu lama.
Barangkali, kita perlu untuk mencipta sedikit
pertengkaran agar kita tahu betapa indahnya saat dua insan saling merajuk untuk
bisa saling berbaikan.
Tapi sejenak saja, sebab aku tidak akan sanggup jika
kamu terlalu lama marah padaku,
Barangkali, kita perlu pergi ke masa lalu untuk
mengulang kembali kenangan indah yang pernah kita lewati berdua.
Tapi sejenak saja, sebab aku ingin hidup bersamamu
di masa depan bukan di masa lalu.
Barangkali, kita perlu melakukan hal-hal yang tak
biasa untuk mengelabui rasa jenuh. Sebab, bagiku rasa jenuh dalam sebuah
hubungan hanyalah pesan alam agar kita bisa melangkah lebih jauh dalam
hubungan. Agar kita membuka tabir kebahagiaan yang tersembunyi. Namun, kita
sering menyalahartikan makna kejenuhan.
Seperti katamu;
Hal-hal yang
sederhana kadang adalah hal yang istimewa. Lebih tepatnya kesederhanaan yang
kita istimewakan.
Ingatlat itu selalu sayang saat kejenuhan itu
menghampiri.
Asalkan kita melewatinya berdua, aku yakin tidak aka
nada lagi kejenuhan dalam hubungan yang kita jalani. Berdua saja tanpa ada dia
atau mereka.
Ah, sepertinya kamu beranggapam ketakutan ku kehilanganmu terlalu berlebihan. Bagiku, itu tidak
berlebihan melainkan karena memang kamu istimewa dalam hidupku.
Atau, barangkali kita harus membiarkan kejenuhan dan
kebosanan itu hadir dalam hubungan kita.
Tapi, sejenak saja. Sebab aku mencintamu selamanya. Seutuhnya.
Tak terbantahkan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar