Sabtu, 23 Juli 2016

Sejenak Saja


            Perjalanan cinta adalah pelajaran yang sangat indah yang diajarkan semesta pada manusia. Cinta adalah anugerah yang harus kita syukuri kehadirannya. Tak bisa untuk dipungkiri. Tak terelakan lagi.
Seperti itulah aku dan kamu yang telah sepakat untuk memasuki perjalanan indah itu bersama. Berdua mencari makna cinta yang sesungguhnya. Menikmati setiap langkahnya. Mensyukuri setiap keindahannya.
Kejenuhan kadang memang hadir diantara kita tanpa pernah kita undang. Bahkan tak pernah kita harapkan hadir. Namun, kejenuhan semacam rasa malas saat kita mempelajari pelajaran di sekolah yang harus kita taklukan. Atau kita yang akan menyerah terkalahkan oleh kejenuhan. Kejenuhan dalam sebuah hubungan adalah sebuah keniscayaan.
Pada titik tertentu, kita akan merasa bahwa hubungan kita terasa sangat membosankan. Perjalanan cinta kita terasa monoton. Hubungan yang kita jalani terasa datar- datar saja tanpa ada yang istimewa. Hal itu tak bisa terhindari dalam sebuah hubungan. Ada masanya kita merasa jenuh dengan sebuah hubungan yang dijalani. Itu adalah sebuah keniscayaan.
Itulah sebabnya ada hubungan yang harus kandas ditengah jalan. Ada hubungan yang tersandung ditengah jalan lalu jatuh berantakan.
Itu semua terjadi bukan karena tidak ada lagi cinta diantara mereka. Bukan. Melainkan mereka tidak mampu melawan rasa jenuh dan bosan yang hadir dalam hubungannya. Mereka terlalu cepat menyimpulkan bahwa kejenuhan itu adalah akhir dari segalanya.
Padahal tidak demikian. Bukankah kita sering mendengar jika ada dua orang kekasih yang telah putus lalu keduanya merasakan kegalauan dan kesedihan?
Kenapa mereka harus bersedih jika mereka berdua yang memutuskan untuk menyudahi hubungan?
Jawabannya karena sesungguhnya mereka bukan sudah tidak saling mencintai. Pada diri masing-masing masih ada cinta.
 Lalu kenapa harus menyudahi hubungan jika masih ada cinta?
Sebab mereka tidak mampu mengendalikan rasa jenuh yang ada pada diri masing-masing.
Begitupun dengan hubungan yang kita jalani, sayang.
Suatu saat, akan ada masanya kejenuhan juga akan menghampiri hubungan kita. Kebosanan akan hadir diantara kita. Aku berharap, agar kamu kuat melawan rasa jenuh dalam dirimu jika suatu saat hadir. Sebagaimana aku akan bertahan melawan rasa jenuh dengan mengingat kenangan manis yang pernah kita lewati bersama.
Aku takut jika suatu saat nanti kejenuhan datang, kamu menyerah dan memilih menyudahi hubungan kita.
Meskipun aku berhasil mengendalikan rasa jenuhku, akan sia-sia saja jika ternyata kamu sendiri memilih menyerah. Aku tidak menginginkan itu.
Sayang,
Jika pun masa itu tiba, masa dimana rasa jenuh menghantui hubungan kita. Katakan saja padaku. Bukan pada orang lain yang tak pernah tahu sperti apa hubungan yang sudah kita jalani.
Barangkali, kita perlu waktu untuk tidak berjumpa. Sampai rasa rindu membunuh rasa jenuh dengan sendirinya.
Tapi sejenak saja, sebab aku tak kan mampu menahan rindu jika terlalu lama.
Barangkali, kita perlu untuk mencipta sedikit pertengkaran agar kita tahu betapa indahnya saat dua insan saling merajuk untuk bisa saling berbaikan.
Tapi sejenak saja, sebab aku tidak akan sanggup jika kamu terlalu lama marah padaku,
Barangkali, kita perlu pergi ke masa lalu untuk mengulang kembali kenangan indah yang pernah kita lewati berdua.
Tapi sejenak saja, sebab aku ingin hidup bersamamu di masa depan bukan di masa lalu.
Barangkali, kita perlu melakukan hal-hal yang tak biasa untuk mengelabui rasa jenuh. Sebab, bagiku rasa jenuh dalam sebuah hubungan hanyalah pesan alam agar kita bisa melangkah lebih jauh dalam hubungan. Agar kita membuka tabir kebahagiaan yang tersembunyi. Namun, kita sering menyalahartikan makna kejenuhan.
Seperti katamu;
Hal-hal yang sederhana kadang adalah hal yang istimewa. Lebih tepatnya kesederhanaan yang kita istimewakan.
Ingatlat itu selalu sayang saat kejenuhan itu menghampiri.
Asalkan kita melewatinya berdua, aku yakin tidak aka nada lagi kejenuhan dalam hubungan yang kita jalani. Berdua saja tanpa ada dia atau mereka.
Ah, sepertinya kamu beranggapam ketakutan ku kehilanganmu  terlalu berlebihan. Bagiku, itu tidak berlebihan melainkan karena memang kamu istimewa dalam hidupku.
Atau, barangkali kita harus membiarkan kejenuhan dan kebosanan itu hadir dalam hubungan kita.
Tapi, sejenak saja. Sebab aku mencintamu selamanya. Seutuhnya.
Tak terbantahkan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar